KACCHAPA-JĀTAKA
Sumber : Indonesia Tipitaka Center
“Kura-kura
ingin berbicara,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika
berdiam di Jetavana, tentang Kokālika (Kokalika).
Cerita
pembukanya akan dikemukakan di dalam Mahātakkāri-Jataka129. Di
sini kembali Sang Guru berkata: “Ini bukan pertama kalinya, Para Bhikkhu,
Kokalika dirusak (reputasi)-nya karena berbicara, tetapi dia juga sama seperti
sebelumnya.”
Dan kemudian
Beliau menceritakan kisah masa lampau.
____________________
____________________
Dahulu kala
Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di istana, tumbuh dewasa,
menjadi penasihat raja dalam segala urusan pemerintahan dan spiritual. Tetapi
raja ini sangat suka berbicara; ketika dia berbicara, tidak ada kesempatan
untuk yang lainnya mengucapkan sepatah kata pun. [176] Dan Bodhisatta menunggu
suatu kesempatan, berharap dapat menghentikan pembicaraannya yang banyak itu.
Kala itu di
sana terdapat seekor kura-kura yang menetap di sebuah kolam di daerah Himalaya.
Dua angsa
muda liar, ketika sedang mencari makan, bertemu dengan kura-kura ini; lama
kelamaan mereka menjadi teman akrab. Suatu hari dua angsa itu berkata
kepadanya: “Teman Kura-kura, kami memiliki sebuah rumah yang indah di Himalaya,
di atas satu dataran tinggi di Gunung Cittakūta, di dalam sebuah gua emas!
Maukah Anda pergi bersama kami?”
“Bagaimana
caranya,” katanya, “saya bisa ke sana?” “Oh, kami akan membawamu jika kamu
dapat menutup mulutmu, dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada siapa
pun.”
“Ya, saya
dapat melakukan itu,” katanya; “bawalah saya!”
Jadi mereka
menyuruh kura-kura menggigit sebuah batang kayu dengan giginya, dan mereka
sendiri memegang kedua ujung batang tersebut, mereka terbang ke udara.
Anak-anak
desa melihat ini, dan berseru—“Di sana ada dua angsa membawa seekor kura-kura
dengan sebatang kayu!”
(Pada saat
ini, kedua angsa yang terbang dengan cepat telah sampai di atas istana raja, di
Benares).
Kura-kura
ingin berteriak—“Ya, dan jika teman-temanku membawaku, apa hubungannya dengan
kalian, orang-orang yang jahat?”—ia pun melepaskan gigitannya pada batang kayu
itu dan jatuh ke halaman istana, terbelah dua! Betapa ricuhnya keadaan di sana!
“Seekor kura-kura jatuh ke halaman istana dan terbelah dua!” teriak mereka.
Raja, dengan Bodhisatta, dan semua anggota istananya, datang ke tempat itu, dan
ketika melihat kura-kura tersebut, raja menanyakan Bodhisatta sebuah
pertanyaan. “Guru yang Bijak, apa yang membuat makhluk ini jatuh?”
“Sekaranglah
saatnya!” pikir Bodhisatta. “Untuk waktu yang lama, saya berharap untuk menasihati
raja, dan saya telah menunggu-nunggu kesempatan. Tidak diragukan lagi,
kenyataannya adalah begini; kura-kura dan kedua angsa menjadi teman;
angsa-angsa tersebut pasti berniat untuk membawanya ke Himalaya, dan
menyuruhnya memegang sebuah batang di antara giginya dan kemudian mengangkatnya
terbang ke udara; kemudian kura-kura tersebut mendengar beberapa perkataan dan
ingin untuk menjawabnya; karena tidak sanggup untuk menahan mulutnya, dia pun
melepaskan dirinya; [177] dan pasti dia jatuh dari udara dan menemui ajalnya.”
Demikianlah yang dipikir Bodhisatta, dan dia menasihati raja demikian: “Oh
Paduka, mereka yang terlalu banyak mulut, yang tidak membatasi perkataan
mereka, akan menemui kemalangan seperti ini;” dan dia pun mengucapkan bait-bait
berikut:—
Kura-kura
ingin berbicara dengan keras,
walaupun di antara gigi-giginya,
sebatang kayu digigitnya, tetapi,
walaupun begitu, dia tetap berbicara—
dan akhirnya jatuh ke bawah.
walaupun di antara gigi-giginya,
sebatang kayu digigitnya, tetapi,
walaupun begitu, dia tetap berbicara—
dan akhirnya jatuh ke bawah.
Dan sekarang
ingatlah baik-baik,
Anda harus berbicara dengan bijaksana,
harus berbicara tepat pada waktunya.
Jatuh menemui ajalnya sang kura-kura:
Dia berbicara terlalu banyak; itulah sebabnya.
Anda harus berbicara dengan bijaksana,
harus berbicara tepat pada waktunya.
Jatuh menemui ajalnya sang kura-kura:
Dia berbicara terlalu banyak; itulah sebabnya.
“Dia sedang
mengataiku!” pikir raja di dalam hatinya, dan menanyakan Bodhisatta apakah
benar demikian.
“Apakah itu
Anda, Paduka, ataupun orang lain,” jawab Bodhisatta, “siapa pun yang berbicara
di luar batas, akan menemui kesengsaraan seperti ini.” Demikianlah dia membuat
hal itu terwujudkan.
Dan sejak
itu, raja mengendalikan diri dalam berbicara dan menjadi seorang yang berbicara
sedikit.
____________________
____________________
[178] Uraian
ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Pada saat itu,
Kokālika (Kokalika) adalah kura-kura, dua mahāthera yang terkenal adalah dua
angsa liar, Ānanda adalah raja, dan Aku adalah penasihatnya yang bijaksana.”
Berikut ini Video Animasi "Kura - Kura Yang Bawel" :
____________________
Catatan kaki
:
128 Fausbøll, Five Jātakas, hal. 41;
Dhammapada, hal. 418; bandingkan Benfey’s Pantschatantra, i. hal. 239; Babrius,
ed. Lewis, i. 122; Phaedrus, ed. Orelli, 55, 128; Rhys Davids, Buddhist Birth
Stories, viii.; Jacobs, Indian Fairy Tales, hal. 100 and 245.
129 Takkāriya-Jātaka, No. 481.
bagus
BalasHapus🙏🙏🙏👍👍
BalasHapus